My Bio ♥

Foto saya
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Halooo terimakasih sudah berkunjung ke blog Dita yaa:) kritik dan sarannya bisa melalui blog ini atau via email : dita98@gmail.com

Senin, 01 September 2014

Cinta Pertamaku

Sebuah cerpen sederhana yang aku buat sendiri, ini hanya cerpen dan bukan pengalaman pribadiku. Cerpen yang berakhir dengan bahagia. Selamat membaca:)

            Namaku Marisa, aku adalah seorang gadis berusia 17 tahun yang tak pernah mengenal cinta. Aku dari SMA memang tak ingin mengenal cinta. Bagiku, cinta itu penuh dengan kekerasan. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri saat Ibuku dipukul dan ditampar oleh Ayahku. Aku tak tau mengapa Ayahku memukul Ibuku. Ayahku memang keras kepala. Pernah aku melindungi Ibuku saat ia sedang dipukul oleh Ayahku. Tetapi Ayahku justru memukul aku. Laki-laki itu keras, laki-laki itu tidak punya perasaan, laki-laki itu semena-mena. Itulah yang terus ada dipikiranku tentang laki-laki. Alasan itulah yang membuat aku tidak percaya dengan cinta! Bukankah cinta itu seharusnya bahagia tanpa ada luka? Entahlah...

                Saat bulan telah menampakkan dirinya, aku melihat Ibuku sedang menangis dikamrnya. Aku mengetuk pintu kamar dan masuk ke kamar Ibuku. Aku mencoba bertanya kepada Ibuku mengapa akhir-akhir aku SMP sikap ayah menjadi seperti itu. Tetapi Ibuku tidak memberi tahu alasannya.

                “Suatu hari kamu akan mengerti dan paham mengapa sikap ayahmu jadi begitu Marissa.” Ujar Ibu.

                “Kenapa Ibu tidak memberi tahuku sekarang Bu? Risa sudah dewasa Bu, bukan anak kecil lagi.” Jawabku.

                “Tapi Risa, Ibu tidak ingin menceritakan alasannya karena Ibu tidak ingin kamu sedih dan memikirkan masalah Ibu dan Ayah sehingga itu akan menganggu konsentrasi kuliahmu minggu depan. Bukannya kamu senang minggu depan kamu ospek dan kemudian sudah resmi jadi mahasiswi di universitas itu?” jawab Ibu sambil tersenyum kepadaku.

                “Benar Bu, aku senang. Tapi jika aku kuliah, siapa yang akan menjaga Ibu? Siapa yang melindungi Ibu jika Ibu dipukul Ayah lagi? Siapa yang akan menghapus air mata Ibu? Aku tidak usah kuliah Bu. Aku ingin menjaga Ibu disini karena aku sayang Ibu.” Jawabku sambil menangis.

                “Marissa anakku, Ibu tidak apa-apa nak. Tidak usah memikirkan Ibu disini. Kamu harus tetap kuliah! Bukankah masuk universitas itu adalah impianmu sejak SMA nak? Bukankah kamu ingin sukses? Sekarang Ibu mau bertanya, apakah kamu ingin melihat Ibu bahagia?” ujar Ibu.

                “Tentu Bu, Marissa ingin membuat Ibu bahagia.” Jawabku.

                “Jika kamu ingin melihat Ibu bahagia, kerjarlah cita-citamu Risa. Tetaplah kuliah. Jangan perdulikan Ibu disini.” Jawab Ibu.

                “Tapi Bu...” jawabku sambil menangis.

                “Sudah nak jangan menangis, Ibu tidak apa-apa.” Jawab Ibu.

                Kemudian aku memeluk Ibu dan menangis dipelukannya. Hari demi hari berlalu. Tibalah saat ini untuk aku berangkat ke Bandung. Ibu mengantarkanku ke stasiun. Perasaanku sangat sedih karena harus meninggalkan Ibu sendirian dirumah. Tetapi aku harus ingat ucapan Ibu bahwa jika aku sukses Ibu akan bahagia. Kereta api pun sudah berjalan meninggalkan stasiun. Aku harus kuat berpisah dengan Ibu untuk meraih cita-citaku dan demi masa depanku. Kemudian sesampainya di Bandung, aku langsung menuju tempat kost’ku. Kebetulan saat melihat pengumumn penerimaan mahasiswa-mahasiswi baru, aku langsung mencari tempat kos dekat kampusku.

                Keesokan harinya, saat sang mentari mulai menampakkan sinarnya, aku terbangun dalam tidurku yang lelah. Aku harus berangkat ke kampus tepat waktu karena hari ini adalah hari pertama ospek. Setibanya di kampus aku bertemu banyak teman baruku. Aku berkenalan dengan seorang teman perempuan baruku. Ia bernama Mikaila. Ia sangat sopan dan bersahabat dengan semua orang. Tutur katanya pun juga baik. Aku sangat senang bertemu dan berteman dengan Kaila, begitulah panggilan akrabnya. Saat kita sedang berbincang dan bercanda bersama, tiba-tiba senior-seniorku menyuruh kami berkumpul dan ospek dimulai! Hari ini kujalani ospek dengan lancar. Tetapi saat pulang, aku mungkin sial. Aku tidak sengaja bertabrakan dengan salah satu seniorku. Dia terlihat sangat angkuh., walaupun wajahnya tampan dan perawakannya tinggi besar. Aku mengucapkan maaf kepadanya tetapi ia langsung pergi meninggalkanku tanpa membalas permintaan maafku. “Huh sungguh sombong dia!” ucapku dalam hati.

                Hari demi hari telah berlalu. Akhirnya masa ospek selesai juga, untuk mengakhiri ospek, semua mahasisswa-mahasiswi baru melepasakan balon ke udara. Sungguh indah pemandangan yang aku lihat saat itu. Tiba-tiba senior yang bertabrakan denganku kemarin tersenyum manis kepadaku. Sungguh aneh. Akupun membalas senyumannya. “Manis banget kakak seniorku itu.” Ujarku dalam hati. Tiba-tiba aku ingat bahwa aku tidak mungkin bisa berkenalan dengan dia karena aku takut.

                Yang aku takutkan bukan karena dia seniorku, bukan karena dia terlihat angkuh saat itu. Tetapi yang aku takutkan jika aku sampai jatuh cinta kepadanya. Bukankah cinta memang awalnya manis dan akhirnya ada luka? Tiba-tiba aku jadi teringat Ibuku. Sedang apa dia? Apakah dia dipukul Ayahku lagi? Apakah dia menangis lagi? Apakah dia baik-baik saja? Takut, cemas, khawatir selalu menghantuiku jika itu tentang Ibuku. Ibu yang sangat berarti untukku.

                Kuliahpun telah selesai. Saatnya pulang ke kos dan beristirahat menenangkan pikiran. Saat aku sedang berjalan, sepertinya ada seseorang yang menikutiku. Kemudian aku menengok kebelakang. Ternyata dia adalah seniorku yang terlihat angkuh kemarin. Dia menyapaku dengan manis dan aku menjawabnya dengan manis pula. Kita berkenalan satu sama lain. Namanya adalah Billy. Setelah kita berbincang, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa kak Billy orangnya baik dan tidak seangkuh saat pertama kai aku bertemunya. Dia orangnya asik diajak ngobrol. Kemudian ia minta username line’ku. Akupun memberinya. Setelah jalan bersama, kita berpisah dipertigaan. Rumahnya menuju ke arah timur sedangkan aku ke arah barat. Dia adalah orang Bandug asli.

                Satu bulan pun berlalu. Selama sat bulan  itu, kak Billy selalu mendekati aku saat dikampus, selalu menghubungi aku, selalu memberi perhatian kepadaku. Kami berteman sangat baik dan sangat asik. Terbesit satu pertanyaan di dalam hatiku. “Apakah ini adalah awal dari cinta?”. Pertanyaan itulah yang ada di dalam hati dan pikiranku. Aku takut jika Billy juga keras kepala seperti ayahku, tetapi sepertinya tidak. Dan aku mencoba menghilangkan rasa takut pada cinta dalam diriku. Aku menjalani hari-hariku terlebih dahulu dan melupakan rasa takut pada cinta.

                Hari ini tanggal 26 Oktober, hari dimana 18 tahun yang lalu Ibu melahirkanku. Pukul 00.00 WIB tadi, Ibuku sudah memberi ucapan dan doa kepadaku lewat telepon. Aku tidak berharap ada yang spesial dihari ulangtahunku. Karena di hari-hari ulangtahunku sebelumnya memang tiidak ada yang spesial. Paling hanya kejutan kecil dari sahabat-sahabatku di SMA, tetapi sekarang kita berpisah jauh. Mulai menata hidup dan masa depan masing-masing. Hari ini kak Billy mengajakku ke taman. Aku tidak tahu ada apa kak Billy mengajakku ke taman. Tidak seperti biasanya..

                Sesampainya ditaman kak Billy meninggalkanku sebentar, katanya mau ke kamar kecil. Aku terkejut saat kak Billy datang membawa kue ulang tahun yan bertulisan “Happy Birthday Marisa”. “Darimana ia tahu aku berulangtahun hari ini?” ucapku dalam hati. Kemudian kak Billy menyanyikan lagu sambil berman gitar. Ia juga membawa setangkai mawar putih dan kado entah apa isinya karena belum aku buka saat ditaman. Ia juga berkata bahwa satu tangkai mawar putih melambangkan satu cinta suci kak Billy bkepadaku. Lantas aku bertanya kepada kak Billy apa maksud perkataannya tersebut. Lalu, kak Billy menjawab.

                “Marisa, aku sayang sama kamu. Dari awal kita bertemu aku sudah merasa jika kamu adalah perempuan yang baik hati walaupun dari raut wajahmu kamu terlihat cuek didepanku. Marisa, apakah kamu mau menjadi kekasihku?”

                “Tapi kak, sebenarnya aku takut dengan cinta karena bagik cinta itu penuh dengan kekerasan seperti yang dialami Ibuku.” Jawabku.

                “Tenang Maria, aku berjanji aku tidak akan menyakitimu, aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kalau kamu tidak percaya tataplah kedua mataku, Ris. Kamu akan melihat keseriusanku disana.” Jawab Billy sambil memegang kedua bahuku.

                “Iya kak aku percaya. Aku sebenarnya juga sayang sama kamu walaupun baru sebulan kita berkenalan, tetapi aku merasa nyaman ketika berada didekatmu.” Jawabku sambil tersenyum.

                “Lalu bagaimana keputusanmu, Ris?” jawab kak Billy.

                “Iya kak aku mau menjadi kekasihmu.” Jawabku sambil tersenyum bahagia.

                Dihari spesialku, aku sangat bahagia sekali. Billy telah merubah segalanya menjadi indah. Dan kini aku tau, tidak semua cinta berakhir dengan luka. Aku merasakan bahagia yang sesungguhnya bersama Billy.



Dan kau hadir merubah segalanya menjadi lebih indah kau bawa cintaku setinggi angkasa membuatku merasa sempurna.



-HAPPY ENDING-

Tidak ada komentar: